GELOMBANG GEMPA
Gempa bumi adalah suatu guncangan yang cepat di bumi disebabkan oleh patahan atau pergeseran lempengan tanah di bawah permukaan bumi. Kebanyakan gempa bumi terjadi di perbatasan antara pertemuan dua lempengan. Setiap hari terjadi puluhan bahkan ratusan gempa bumi di muka bumi ini, hanya saja kebanyakan kekuatannya kecil sekali sehingga tidak terasa oleh kita.
Ada tiga gelombang gempa yaitu :
1. Gelombang longitudinal yaitu gelombang gempa yang merambat dari sumber gempa ke segala arah dengan kecepatan 7 - 14 km per detik. Gelombang ini pertama dicatat dengan seismograf dan yang pertama kali dirasakan orang di daerah gempa, sehingga dinamakan gelombang primer.
(gelombang longitudinal)
2. Gelombang Transversal yaitu gelombang yang sejalan dengan gelombang primer dengan kecepatan 4 - 7 km per detik, dinamakan juga gelombang sekunder.
(gelombang tranversal)
3. Gelombang panjang atau gelombang permukaan, yaitu gelombang gempa yang merambat di permukaan bumi dengan kecepatan sekitar 3,5 - 3,9 km per detik. Gelombang inilah yang paling banyak menimbulkan kerusakan.
Gelombang permukaan terbagi menjadi dua, yaitu :
a. Gelombang Love. Gelombang ini diberi nama sesuai dengan nama penemunya yaitu A.E.H. Love seorang ahli matematika dari Inggris yang mengerjakan model matematika untuk jenis gelombang ini di pada 1911. Gelombang ini adalah yang tercepat dan menggerakkan tanah dari samping ke samping.
(gelombang Love)
b. Gelombang Rayleigh. Keberadaan dari gelombang ini diperkirakan secara matematika oleh W.S. Rayleigh pada 1885. Pada saat merambat, Gelombang R akan menggulung media yang dilewatinya, dimana gerakan dari gelombang ini mirip dengan gerakan gelombang air di laut. Karena gerakan yang menggulung ini, maka lapisan tanah atau batuan akan naik dan turun, dan akan ikut bergerak searah dengan gerakan gelombang. Kebanyakan goncangan dari gempa berhubungan erat dengan Gelombang R ini. Pengaruh kerusakan yang diakibatkan oleh Gelombang R dapat lebih besar dibandingkan gelombang-gelombang gempa lainnya.
(gelombang Rayleigh)
Getaran gempa ada yang horizontal dan ada yang vertikal, sehingga alat pencatatnya juga ada macamnya.
1. Seismograf horizontal terdiri atas massa stasioner yang digantung pada tiang dan dilengkapi engsel di tempat massa itu. Digantungkan serta jarum di bagian bawah massa itu. Jika ada gempa massa itu tetap diam (stasioner) sekalipun tiang dan silender di bawahnya ikut bergetar dengan bumi. Akibatnya terdapat goresan pada silender berlapis jelaga. Goresan pada silender itu berbentuk garis patah yang dinamakan seismogram.
(seismograf horizoontal)
2. Pada seismograf vertikal, massa stationer digantung pada pegas, yang berfungsi untuk menormalkan gravitasi bumi. Pada waktu getaran vertikal berlangsung, tempat massa itu digantung dan silender alat pencatat ikut bergoyang, namun massa tetap stationer, sehingga terdapat seismogram pada alat pencatat.
(seismograf vertikal)
Di sebuah stasiun gempa dipasang dua seismograf horizontal yang masing-masing berarah timur-barat dan utara-selatan. Dengan dua seismograf ini tercatat getaran berarah timur-barat dan utara-selatan, sehingga dari resultannya petugas dapat menentukan arah episentrum. Dibantu oleh sebuah seismograf vertikal yang dipasang bersama kedua seismograf tadi, dapat ditentukan letak episentrum gempa tersebut. Untuk mencatat getaran yang lemah, diperlukan seismograf yang sangat peka. Namun, getaran yang terlalu kuat membuat seismograf tidak mampu membuat catatan, karena tangkai alat pencatat bisa mengalami kerusakan.
Ada tiga gelombang gempa yaitu :
1. Gelombang longitudinal yaitu gelombang gempa yang merambat dari sumber gempa ke segala arah dengan kecepatan 7 - 14 km per detik. Gelombang ini pertama dicatat dengan seismograf dan yang pertama kali dirasakan orang di daerah gempa, sehingga dinamakan gelombang primer.
(gelombang longitudinal)
2. Gelombang Transversal yaitu gelombang yang sejalan dengan gelombang primer dengan kecepatan 4 - 7 km per detik, dinamakan juga gelombang sekunder.
(gelombang tranversal)
3. Gelombang panjang atau gelombang permukaan, yaitu gelombang gempa yang merambat di permukaan bumi dengan kecepatan sekitar 3,5 - 3,9 km per detik. Gelombang inilah yang paling banyak menimbulkan kerusakan.
Gelombang permukaan terbagi menjadi dua, yaitu :
a. Gelombang Love. Gelombang ini diberi nama sesuai dengan nama penemunya yaitu A.E.H. Love seorang ahli matematika dari Inggris yang mengerjakan model matematika untuk jenis gelombang ini di pada 1911. Gelombang ini adalah yang tercepat dan menggerakkan tanah dari samping ke samping.
(gelombang Love)
b. Gelombang Rayleigh. Keberadaan dari gelombang ini diperkirakan secara matematika oleh W.S. Rayleigh pada 1885. Pada saat merambat, Gelombang R akan menggulung media yang dilewatinya, dimana gerakan dari gelombang ini mirip dengan gerakan gelombang air di laut. Karena gerakan yang menggulung ini, maka lapisan tanah atau batuan akan naik dan turun, dan akan ikut bergerak searah dengan gerakan gelombang. Kebanyakan goncangan dari gempa berhubungan erat dengan Gelombang R ini. Pengaruh kerusakan yang diakibatkan oleh Gelombang R dapat lebih besar dibandingkan gelombang-gelombang gempa lainnya.
(gelombang Rayleigh)
Getaran gempa ada yang horizontal dan ada yang vertikal, sehingga alat pencatatnya juga ada macamnya.
1. Seismograf horizontal terdiri atas massa stasioner yang digantung pada tiang dan dilengkapi engsel di tempat massa itu. Digantungkan serta jarum di bagian bawah massa itu. Jika ada gempa massa itu tetap diam (stasioner) sekalipun tiang dan silender di bawahnya ikut bergetar dengan bumi. Akibatnya terdapat goresan pada silender berlapis jelaga. Goresan pada silender itu berbentuk garis patah yang dinamakan seismogram.
(seismograf horizoontal)
2. Pada seismograf vertikal, massa stationer digantung pada pegas, yang berfungsi untuk menormalkan gravitasi bumi. Pada waktu getaran vertikal berlangsung, tempat massa itu digantung dan silender alat pencatat ikut bergoyang, namun massa tetap stationer, sehingga terdapat seismogram pada alat pencatat.
(seismograf vertikal)
Di sebuah stasiun gempa dipasang dua seismograf horizontal yang masing-masing berarah timur-barat dan utara-selatan. Dengan dua seismograf ini tercatat getaran berarah timur-barat dan utara-selatan, sehingga dari resultannya petugas dapat menentukan arah episentrum. Dibantu oleh sebuah seismograf vertikal yang dipasang bersama kedua seismograf tadi, dapat ditentukan letak episentrum gempa tersebut. Untuk mencatat getaran yang lemah, diperlukan seismograf yang sangat peka. Namun, getaran yang terlalu kuat membuat seismograf tidak mampu membuat catatan, karena tangkai alat pencatat bisa mengalami kerusakan.